Baru baru ini beredar sebuah video viral yang memperlihatkan seorang pendaki wanita memetik bunga edelweis di Gunung Lawu. Video tersebut pertama kali diunggah oleh akun Instagram @mountnesia. Dalam keterangan video, diperkirakan insiden tersebut terjadi pada Minggu (13/9/2020) di jalur pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho, tepatnya di Gupakan Menjangan.
"Adakah yg kenal dg pendaki yg metik edelweis ini?" keterangan yang tertulis pada caption. Insiden inipun menuai beragam komentar negatif dari netizen. Seorang netizen berkomentar, "Pentingnya ilmu sebelum melakukan pendakian."
"Di blacklist aja setahun biar gak naik gunung lagi dulu," tulis netizen lain. Insiden semacam ini tidak hanya sekali terjadi. Seperti yang pernah terjadi di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 2017 lalu.
Saat itu, lima pendaki diduga memetik bunga edelweis di Gunung Rinjani. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) pun memberikan sanksi dengan melarang lima orang tersebut mendaki Gunung Rinjani. Lalu, kenapa bunga edelweis di gunung dilarang untuk dipetik?
"Edelweis itu adanya kan cuman di kawasan konservasi. Nah, secara perundang undangan, segala sesuatu baik hewan maupun tumbuhan yang ada di kawasan konservasi itu kan dilindungi secara undang undang," kata Ketua Kelompok Tani Edelweiss Hulun Hyang, Teguh Wibowo. Dari peraturan tersebut, kata dia, sudah pasti termasuk tanaman edelweis karena berada di kawasan konservasi. Tak sampai di situ, aturan lebih ketat terhadap larangan memetik edelweis muncul setelah adanya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
"Itu adalah spesifikasinya yang menyebutkan bahwa edelweis itu dilindungi. Kalau untuk edelweis itu yang jenis Anaphalis Javanica nya," jelasnya. Jika ingin membawa pulang bunga edelweis, datanglah ke kawasan penyangga Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), tepatnya di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Di desa ini, bunga edelweis dibudidayakan untuk kemudian dijual secara resmi.
Teguh menceritakan, dulunya penduduk Desa Wonokitri kerap mengambil edelweis dari kawasan pegunungan. Ia mengatakan, bunga edelweis bagi penduduk Desa Wonokitri bukan sekadar bunga. "Tapi lebih pada bunga sakral yang memang ini diperuntukkan untuk beberapa upacara adat yang ada di kawasan Tengger khususnya di Desa Wonokitri," ucapnya.
Sejak 2018, Desa Wonokitri menjadi desa wisata edelweis sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Bupati Pasuruan.