Penumpang pesawat dari Indonesiakini sudah diperbolehkan transit di Bandara Changi. Hanya saja,orang tersebut harus tercatat sebagai penumpang pesawat Singapore Airlines dan para anak perusahaannya (SIA Group). Sebagaimana diwartakan harian Singapura, Strait Times,Singapura sudah membuka kembali Bandara Changi, untukpenumpang transityang berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Sebelumnya pada pekan lalu, penumpang pesawat SIA Group asal Vietnam dan Kamboja juga sudah diperbolehkan transit di Changi. Pihak SIA merilis siaran pers pada Selasa (18/8), yang berisi bahwa penumpang SilkAir danScootdari lima negara Asean itu juga sudah dierbolehkan transit di Bandara Changi, oleh Otoritas Penerbangan Sipil Singapura. SilkAir danScootadalah anak perusahaan Singapore Airlines, yang artinya bagian dari SIA Group.
Dalam siaran pers itu turut disebutkan bahwa penumpang asal Indonesia, yang sudah mendapat lampu hijau transit di Singapura, adalah penumpang dari Jakarta, Medan, dan Surabaya. Sementara traveller dari Malaysia yang bisa transit di Singapura adalah penumpangScootdari Ipoh, Kuching, Kuala Lumpur, dan Penang. Penumpang SIA dan SilkAir dari Kuala Lumpur juga bisa transit di Singapura.
Sementara penumpang dari Thailand yang bisa transit di Singapura adalah penumpang SIA dari Bangkok. Ketiga negara itu, disebut Strait Times sebagai penyumbangpenumpang transitterbesar di Bandara Changi. Hanya saja, sejak Singapura menutup perbatasannya bagipenumpang transitpada Maret 2020, tak ada lagi warga Indonesia, Malaysia, dan Thailand yang mendarat di Changi.
Sebelum memperbolehkan penumpang dari negara negara tetangganya transit, Pemerintah Singapura telah lebih dulu mengizinkan penumpang pesawat dari beberapa negara di luar Asean untuk transit. Beberapa di antaranya adalah Australia, Tiongkok, Italia, dan Swiss. Para pakar di Singapura yang diwawancarai Strait Times menyatakan, pembukaan Bandara Changi bagipenumpang transitakan membantu sedikit keuangan SIA, yang sudah dalam kondisi gawat.
Hanya saja, permintaan pasar penerbangan memang belum akan kembali ke masa sebelum pandemi Covid 19, pada tahun ini. Apalagi beberapa negara masih kesulitan mengendalikan pandemi tersebut. Sementara menurut pihak Bandara Changi, selama bulan Juli bandara tersebut hanya kedatangan 10.000penumpang transit.
Katanya jumlah itu hanya meningkat sedikit dibandingkan bulan Juni, saat Bandara Changi dibuka kembali. Menteri Transportasi Singapura,Ong Ye Kung, menyatakan pada pekan lalu, pada hari paling sibuk saat ini, jumlahpenumpang transittidak lebih dari sepertiga kapasitas bandara terbesar di Asia Tenggara tersebut. Rata rata jumlahpenumpang transitpada masa ini hanya 400 orang per hari. Jika angka itu dihitung untuk setahun, hanya 150.000 an penumpang.
Padahal di masa sebelum pandemi Covid 19, jumlahpenumpang transitdi Changi selama setahun mencapai 20 juta orang. Jumlah penerbangan juga masih sangat kecil dibandingan masa kenormalan yang lama, yakni 150 per hari. Padahal sebelumnya Changi melayani 1.000 penerbangan per hari. Untuk membantu maskapai penerbangan dalam negeri dan perusahaan pengelola bandara, Kementerian Transportasi tengah mempertimbangkan "jalur hijau" di Bandara Changi, bagi turis asal negara negara yang situasi pandemi Covid 19 nya setera Singapura atau lebih baik.
Jalur Hijau adalah sebutan bagi skema pengendalian penularan virus corona 2, di mana pendatang dari negara negara tersebut tak perlu melakukan karantina mandiri selama 14 hari. Hanya saja, Singapura meminta kebijakan Jalur Hijau itu harus resiprokal. Yang artinya, negara bersangkutan juga harus mengizinkan warga Singapura berkunjung ke negara tersebut, tanpa kewajiban melakukan karantina mandiri 14 hari.