Dalam kehidupan sehari hari, istilah bahaya BPA atau bishpenol A mungkin tidak asing di telinga kita. Misalnya, bagi seorang ibu yang memiliki balita, pasti kerap menemukan klaim BPA Free atau bebas kandungan BPA dari suatu produk bayi. Lantas, apa sebenarnya BPA itu? Mengapa ada klaim BPA Free?
Menurut penjelasan dari situs resmi Mayo, BPA digunakan untuk produksi plastik dan resin. Zat kimia tersebut memiliki sifat beracun dan terindikasi dapat menyebabkan penyakit kanker. Oleh karena itu, sering muncul himbauan untuk tidak memanaskan makanan menggunakan wadah plastik yang mengandung BPA.
Apabila hal itu terjadi, proses tersebut menyebabkan sejumlah zat kimia dari kemasan akan terlepas dan masuk ke dalam makanan. Dilansir dari Kompas.com, The National Institutes of Health, the European Food Safety Authority, dan WHO menyakini bahwa BPA tak selamanya berbahaya. Namun, yang perlu digarisbawahi ialah BPA dalam kadar tertentu memang tak berpengaruh banyak terhadap kesehatan orang dewasa, tapi bisa menimbulkan masalah yang serius bagi anak anak maupun bayi.
Untuk itu, sejak tahun 2012 FDA melarang penggunaan BPA pada wadah minum dan makan yang digunakan pada bayi. Bahkan, di bulan Juli 2013, FDA melarang keras penggunaan BPA pada kemasan susu formula dan makanan bayi. Sebab, di tahun tahun awal pertumbuhan bayi, BPA ditakuti bisa mengganggu sistem hormon yang mengganggu kesehatan fisik, tumbuh kembang, bahkan berpotensi memicu sikap agresif maupun resah pada bayi.
Berdasarkan situs khusus yang membahas BPA, kandungan BPA ini dapat ditemukan di beberapa benda yakni : BPA bisa terkandung dalam botol minuman, tempat makan, wadah penyimpan makanan dan lainnya. Setiap kemasan plastik memiliki kode resin berbentuk segitiga bernomor di bawah kemasan.
BPA biasanya ditemukan dalam plastik berjenis Polyvinyl Chloride (Kode Resin 3) dan Polycarbonate (Kode Resin 7). Jika Anda memiliki kemasan plastik berkode tersebut, Anda bisa lebih berhati hati dalam menggunakannya. Agar lebih aman dan terhindar dari BPA, Anda bisa mulai mencari produk berlabel BPA Free atau Food Grade.
Bagi Anda yang sering mengkonsumsi makanan kaleng, ternyata BPA pun dapat ditemukan di kemasan tersebut. Hal ini bisa saja terjadi karena BPA dapat menempel pada lapisan epoksi. Lapisan epoksi sendiri banyak digunakan untuk produk makanan kaleng. Anak anak biasanya tertarik dengan mainan berwarna yang memiliki beragam bentuk.
Meski berwujud mainan, bukan berarti BPA tidak lepas dari bahan plastiknya. Oleh karena itu, pilihlah mainan yang aman untuk anak, terutama jika mainan tersebut bisa masuk ke dalam mulut. Studi baru bersumber dari Washington State University yang dimuat di situs Science Daily, BPA yang masuk ke dalam tubuh berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma bahkan mengubah fungsi imunitas tubuh.
Jugapersalinan prematur,asma,gangguan fungsi hati,gangguan fungsi kekebalan tubuh,gangguan fungsi tiroid hinggagangguan fungsi otak. Tak hanya itu, BPA juga berdampak pada peningkatan risiko penyakit jantung, kanker, kelainan organ hati dan gangguan perilaku pada anak kecil. Inilah mengapa banyak produk bayi yang memberikan klaim bahwa produk mereka bebas dari BPA.
Untuk itu, Anda bisa mulai mengurangi paparan BPA dengan cara: Kurangi pembelian makanan dengan wadah plastik. Tidak memakan sup atau makan makanan berkuah panas dengan wadah plastik.
Pastikan semua produk bayi bertanda “bebas BPA”, termasuk mainan. Bila ingin memanaskan makanan, gunakan wadah keramik. Hindari memanaskan wadah plastik tanpa label “bebas BPA” pada mesin pensteril wadah minum atau makan bayi.
Sebisa mungkin tidak meminum atau memberikan bayi minuman botol yang telah mengalami pemanasan, seperti botol minuman yang seharian berada di dalam mobil. Ditakutkan, suhu mobil yang panas membuat BPA dalam botol air mengontaminasi air tersebut. Tidak menggunakan kembali botol air mineral. Keringkan wadah dengan kain. Sebab, BPA juga kerap ditemukan dalam tisu.